Jakarta - Sabtu (23 Juni '07). Pagi-pagi saya berangkat menuju kantor di daerah Menteng Raya, Tugu Tani. Ya, kantor saya memang memberlakukan karyawannya untuk tetap masuk kerja di hari Sabtu--meskipun hanya sampai jam 1/2 satu siang dan hanya dua kali dalam satu bulan. Itulah biasanya yang menjadi tantangan terberat, untuk tetap bangun pagi di hari Sabtu dan meluncur menuju kantor pula. Sesampainya di kantor, saya langsung menuju meja, menyalakan komputer, lalu segera mengerjakan pekerjaan yang sudah tertunda cukup lama karena (selalu) ada saja pekerjaan yg memerlukan prioritas lebih tinggi. Dan akhirnya, di Sabtu penuh kantuk, pekerjaan ini tersentuh juga. Dan tentu saja... Belum selesai hingga jam 1 siang. Banyak banget! Memang salah saya juga, selama ini meninggalkannya terus dan terus tertumpuk. Bukan maksud hati, tapi memang selalu terhalangi jika ingin mulai. Fiuuuhh... Seperti tak ada kesempatan untuk bernafas.
Setelah makan siang dengan lauk pecel lele dan selesai bekerja (bukan pekerjaannya), alhasil saya harus membawa setumpuk tebal berkas-berkas yang belum saya selesaikan untuk diselesaikan di rumah. Siang itu cukup panas dan memunculkan niat untuk melepas lelah sejenak di daerah Matraman. Ternyata... Keadaan berkata lain. Intinya, totally tidak bisa istirahat...
Selepas maghrib, saya dan Marcus Indrarso, Area Claim Officer MV4 Adira Insurance, meluncur ke Plasa Semanggi untuk menemui kakak sepupu Marcus yang siangnya baru landas dari Yogyakarta, Adam Herdanto. Selain untuk memenuhi undangan Adam yang sudah beberapa bulan tak bersua, juga untuk "menuntut" penjelasan mengenai diikutsertakannya kami berdua (secara tiba-tiba) dalam tim produksi film dokumenter yang akan dibuat oleh Adam.
Adam Herdanto adalah seorang Producer, Director, dan Writer sebuah Production House bernama "Orcafilms". Sejumlah karya film dokumenternya adalah No Lost Childhood, Semangat dari Bukit Kapur (Unicef, 2006), Pluralitas Agama di Indonesia (Konrad Adenauer Stiftung, 2001), Kodok Rebus (1994), A Glance at Indonesian Workers (1994). Lebih jauh mengenai Adam Herdanto dan Orcafilms, klik
http://raher.blogspot.com/ atau
http://orcafilms-inside.blogspot.com/.
Kini, ia sedang sedang dalam tahap pre-production sebuah film dokumenter mengenai YB Mangunwijaya (Romo Mangun). Pada film dokumenter terakhir inilah nama saya diikutsertakan dalam tim produksi, sebagai Assistant Production Secretary. Agak terkejut, karena sebelumnya saya pernah dikabarkan untuk diikutsertakan dalam produksi sebuah film lepas yang juga akan diproduseri oleh Adam, namun bukan untuk dokumenter ini.
Kami bertemu di Cafewalk Plasa Semanggi dan saya diperkenalkan dengan Anastasya Putri, Jurnalis & Presenter Liputan 6 SCTV, Indri dan Billy (sorry, saya tidak tahu nama lengkap mereka). Di situ saya lebih banyak hanya mendengarkan obrolan mereka mengenai rencana-rencana yang akan dilakukan berkaitan dengan produksi dokumenter Romo Mangun, karena saya memang tidak tahu bahkan blank mengenai dokumenter ini.
Baru setelah Adam menjelaskan mengenai posisi saya dalam dokumenter tersebut, saya sedikit mengerti dan menangkap apa yang bisa saya kontribusikan. Intinya, saya akan membantu dalam koordinasi antara tim Jakarta dan tim Yogyakarta, terutama dalam hal persiapan produksi dan kesiapan-kesiapan yang akan mendukung produksi tersebut di bulan Agustus nanti.
Menarik. Bahkan sangat menarik. Ini adalah hal yang benar-benar baru. Ini akan menjadi pengalaman paling pertama bagi saya untuk ikut serta dalam produksi sebuah film dokumenter. Walaupun saya tidak tahu-menahu sama sekali mengenai bidang ini dan berisiko menjadi orang terbodoh dan tidak mengerti apa-apa. Tapi saya akan mengambil risiko itu, ketimbang akan tetap menjadi orang yang tidak tahu dan tidak mengerti, apalagi bodoh.
Berdebar-debar, takut juga. Takut akan mengalami benturan-benturan, terutama dalam membagi waktu dan prioritas dengan profesi keseharian yang sudah saya bangun selama 1,5 tahun belakangan ini. Ada perasaan takut dan tidak ingin mengecewakan berbagai pihak, jika salah satunya akan terlalaikan. Tapi... Keinginan untuk terus maju dan belajar jauh lebih kuat, mengalahkan rasa ketakutan-ketakutan itu. Yang penting harus dicoba dulu dengan sekuat hati dan tenaga, dari pada menyerah sebelum berlomba.
Ingin maju, ingin tetap belajar akan hal-hal baru.
Boleh kan?