Di depan rumah saya ada sebuah rumah kosong. Beberapa minggu yg lalu, ternyata halaman rumah kosong tersebut digunakan oleh seekor anjing liar yg sedang hamil tua untuk tempat melahirkan anak2nya. Hitam dan putih, itu warna si induk anjing, saya sebut saja dia dengan nama Ibu Anjing.
Kemudian lahirlah anak2 anjing itu, ada 5 ekor. 3 berwarna cokelat, 2 hitam. Namun 1 ekor yg berwarna cokelat diambil oleh seseorang yg tidak diketahui identitasnya, semoga untuk dipelihara, bukan dikonsumsi, hiks... Kemudian 1 yg berwarna hitam tanpa sengaja terlindas ban mobil tetangga saya ketika mereka sedang bermain2 di luar. Kasihan... Jadi tersisalah 3 ekor.
Ketika 3 ekor anak2 anjing itu sudah bisa berjalan, mereka sering bermain2 di jalan depan rumah. Bahkan pernah suatu ketika, ketika saya pulang dari kantor dan hendak memasukkan mobil ke garasi, tiba2 salah satu dari mereka muncul dari dalam halaman rumah saya, dan lari terbirit2 menuju tempat mereka di rumah kosong. Tak lama, menyusul 2 saudaranya yg juga lari terbirit2 dari halaman rumah saya menuju rumah kosong. Saya cuma bisa tersenyum. Senang.
Saya memang suka sekali anjing. Ayah saya juga seorang pencinta anjing, begitu pula keluarga besarnya. Rata2 anggota keluarga besar ayah saya memiliki minimal 1 ekor anjing di rumahnya. Bahkan, salah satu sepupunya, memelihara hingga lebih dari 7 ekor anjing.
Di rumah saya juga, sampai saya duduk di bangku sekolah dasar, saya juga sempat memiliki 3 ekor anjing (walaupun tidak dalam satu waktu). Namun karena satu dan lain hal, sejak saat itu sampai sekarang saya tidak bisa lagi memelihara anjing. Setidaknya sampai saya bisa punya rumah sendiri, hehe...
Kembali ke cerita anak2 anjing liar yg berlari terbirit2 melihat saya. Hari Jumat malam, 25 September, hujan amat deras. Seperti biasa, kalau hujan deras dalam waktu yg agak lama, jalanan di kompleks saya akan banjir kira2 sampai 1/3 betis orang dewasa, bahkan bisa lebih. Malam itu, tiba2 saya mendengar suara anjing2 mengaing (maksudnya mengeluarkan suara: "Kaing! Kaing...!"), tepat di bawah jendela kamar saya yg kebetulan menghadap ke halaman depan.
Penasaran, segera saya keluar ke halaman depan. Ternyata, saya menemukan salah satu anak anjing itu, warnanya hitam, sedang berteduh di antara pot-pot bunga. Tubuhnya basah kuyup terguyur hujan. Saya mencoba menangkap untuk membawanya ke dalam rumah. Namun karena dia takut, jadi dia terus menghindar. Pada saat adegan kejar2an itulah, saya tidak sadar kalau saya juga ikut kehujanan.
Ternyata dia terpisah dengan saudara2nya. Ibu Anjing terlihat kebingungan dan mondar-mandir antara rumah saya dengan rumah kosong, tempat anak2nya yg lain tertinggal. Bahkan sampai Ibu Anjing tidak sengaja tercebur di selokan yang tidak terlihat karena banjir. Ibu Anjing pasti bingung, karena anak2nya yg lain terancam tenggelam. Rumah saya dulu sempat direnovasi dan dibuat lebih tinggi, namun rumah kosong itu masih rendah. Jadi kalau jalanan banjir, sudah pasti banjir juga masuk ke rumah itu.
Entah bagaimana, akhirnya Ibu Anjing berhasil menyelamatkan 2 anaknya yg lain, dan dibawalah mereka menuju rumah saya. Mereka berempat berteduh di bawah mobil pick-up ayah saya. Ibu Anjing meringkuk kedinginan, sementara 3 anaknya menyusu dengan lahap. Sebetulnya saya ingin sekali membawa mereka semua masuk ke dalam, memberi makan & susu hangat... Namun ketika saya mendekati mereka, insting si Ibu Anjing menjadi waspada dan menggeram2 ke arah saya. Ibu Anjing tidak ingin saya mendekati anak2nya. Tidak apa2. Setidaknya sekarang mereka terlindung dari hujan & banjir. Setelah itu, saya terserang flu sampai sekitar 1 minggu.
Minggu, 4 Oktober. Di daerah Kalimalang & Jatiwaringin macet total karena banjir. Saya dan Ode baru saja selesai menghadiri acara D'BISTRO yang diadakan DBC Network. Kami makan malam di salah satu restoran fast food 24 jam di Pangkalan Jati Kalimalang. Saya sempat tidak bisa pulang karena di mana2 jalanan tergenang banjir, termasuk di jalanan rumah saya.
Sekitar pukul 21.30 WIB akhirnya saya bisa pulang diantar oleh Ode. Ketika sampai di rumah, refleks saya menengok ke arah rumah kosong. Di situ saya melihat Ibu Anjing sedang tidur. Sendirian. Saya panik. Takut terjadi apa2 terhadap anak2 anjing itu, ketika banjir melanda beberapa saat sebelumnya. Saya mencoba mencari2 anak2 anjing itu, namun tetap tidak ada tanda2nya. Mungkin mereka hanyut, mungkin mereka tenggelam... Sedih... :(
Selasa pagi, 6 Oktober. Ibu Anjing sedang berjalan2 di halaman rumah kosong di depan rumah saya. Tiba2 di sampingnya ada 1 ekor anak anjing hitam. Anak anjing yg sama, yg basah kuyup di antara pot-pot bunga, yg menghindar ditangkap oleh saya di tengah hujan. Dia selamat. Syukurlah...
Tampak senyum pertama saya di pagi itu.
*Gambar diunduh dari sini.
Kemudian lahirlah anak2 anjing itu, ada 5 ekor. 3 berwarna cokelat, 2 hitam. Namun 1 ekor yg berwarna cokelat diambil oleh seseorang yg tidak diketahui identitasnya, semoga untuk dipelihara, bukan dikonsumsi, hiks... Kemudian 1 yg berwarna hitam tanpa sengaja terlindas ban mobil tetangga saya ketika mereka sedang bermain2 di luar. Kasihan... Jadi tersisalah 3 ekor.
Ketika 3 ekor anak2 anjing itu sudah bisa berjalan, mereka sering bermain2 di jalan depan rumah. Bahkan pernah suatu ketika, ketika saya pulang dari kantor dan hendak memasukkan mobil ke garasi, tiba2 salah satu dari mereka muncul dari dalam halaman rumah saya, dan lari terbirit2 menuju tempat mereka di rumah kosong. Tak lama, menyusul 2 saudaranya yg juga lari terbirit2 dari halaman rumah saya menuju rumah kosong. Saya cuma bisa tersenyum. Senang.
Saya memang suka sekali anjing. Ayah saya juga seorang pencinta anjing, begitu pula keluarga besarnya. Rata2 anggota keluarga besar ayah saya memiliki minimal 1 ekor anjing di rumahnya. Bahkan, salah satu sepupunya, memelihara hingga lebih dari 7 ekor anjing.
Di rumah saya juga, sampai saya duduk di bangku sekolah dasar, saya juga sempat memiliki 3 ekor anjing (walaupun tidak dalam satu waktu). Namun karena satu dan lain hal, sejak saat itu sampai sekarang saya tidak bisa lagi memelihara anjing. Setidaknya sampai saya bisa punya rumah sendiri, hehe...
Kembali ke cerita anak2 anjing liar yg berlari terbirit2 melihat saya. Hari Jumat malam, 25 September, hujan amat deras. Seperti biasa, kalau hujan deras dalam waktu yg agak lama, jalanan di kompleks saya akan banjir kira2 sampai 1/3 betis orang dewasa, bahkan bisa lebih. Malam itu, tiba2 saya mendengar suara anjing2 mengaing (maksudnya mengeluarkan suara: "Kaing! Kaing...!"), tepat di bawah jendela kamar saya yg kebetulan menghadap ke halaman depan.
Penasaran, segera saya keluar ke halaman depan. Ternyata, saya menemukan salah satu anak anjing itu, warnanya hitam, sedang berteduh di antara pot-pot bunga. Tubuhnya basah kuyup terguyur hujan. Saya mencoba menangkap untuk membawanya ke dalam rumah. Namun karena dia takut, jadi dia terus menghindar. Pada saat adegan kejar2an itulah, saya tidak sadar kalau saya juga ikut kehujanan.
Ternyata dia terpisah dengan saudara2nya. Ibu Anjing terlihat kebingungan dan mondar-mandir antara rumah saya dengan rumah kosong, tempat anak2nya yg lain tertinggal. Bahkan sampai Ibu Anjing tidak sengaja tercebur di selokan yang tidak terlihat karena banjir. Ibu Anjing pasti bingung, karena anak2nya yg lain terancam tenggelam. Rumah saya dulu sempat direnovasi dan dibuat lebih tinggi, namun rumah kosong itu masih rendah. Jadi kalau jalanan banjir, sudah pasti banjir juga masuk ke rumah itu.
Entah bagaimana, akhirnya Ibu Anjing berhasil menyelamatkan 2 anaknya yg lain, dan dibawalah mereka menuju rumah saya. Mereka berempat berteduh di bawah mobil pick-up ayah saya. Ibu Anjing meringkuk kedinginan, sementara 3 anaknya menyusu dengan lahap. Sebetulnya saya ingin sekali membawa mereka semua masuk ke dalam, memberi makan & susu hangat... Namun ketika saya mendekati mereka, insting si Ibu Anjing menjadi waspada dan menggeram2 ke arah saya. Ibu Anjing tidak ingin saya mendekati anak2nya. Tidak apa2. Setidaknya sekarang mereka terlindung dari hujan & banjir. Setelah itu, saya terserang flu sampai sekitar 1 minggu.
Minggu, 4 Oktober. Di daerah Kalimalang & Jatiwaringin macet total karena banjir. Saya dan Ode baru saja selesai menghadiri acara D'BISTRO yang diadakan DBC Network. Kami makan malam di salah satu restoran fast food 24 jam di Pangkalan Jati Kalimalang. Saya sempat tidak bisa pulang karena di mana2 jalanan tergenang banjir, termasuk di jalanan rumah saya.
Sekitar pukul 21.30 WIB akhirnya saya bisa pulang diantar oleh Ode. Ketika sampai di rumah, refleks saya menengok ke arah rumah kosong. Di situ saya melihat Ibu Anjing sedang tidur. Sendirian. Saya panik. Takut terjadi apa2 terhadap anak2 anjing itu, ketika banjir melanda beberapa saat sebelumnya. Saya mencoba mencari2 anak2 anjing itu, namun tetap tidak ada tanda2nya. Mungkin mereka hanyut, mungkin mereka tenggelam... Sedih... :(
Selasa pagi, 6 Oktober. Ibu Anjing sedang berjalan2 di halaman rumah kosong di depan rumah saya. Tiba2 di sampingnya ada 1 ekor anak anjing hitam. Anak anjing yg sama, yg basah kuyup di antara pot-pot bunga, yg menghindar ditangkap oleh saya di tengah hujan. Dia selamat. Syukurlah...
Tampak senyum pertama saya di pagi itu.
*Gambar diunduh dari sini.