Ingin tahu ulasan mengenai film-film lama hingga yang terbaru? Ingin tahu film-film apa yang wajib ditonton dan yang tidak? Jangan lupa kunjungi Our Cinema Sanctuary, blog berisi review2 film (yg pastinya sudah saya tonton, hehe...). See you there...!!!
Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Friday, 20 March 2009

Pet = Baby?

Punya Frodo, kenapa jadi seperti punya bayi?

Disayang-sayang
Ditimang-timang
Disisir bulunya setiap hari
Dimandikan setiap dua minggu sekali supaya wangi

Supaya sehat, divaksin
Supaya sehat, diberi vitamin
Supaya sehat, makanannya harus bergizi
Supaya sehat, mangkuk air minumnya harus selalu terisi

Kalau makanannya tidak cocok, dia bisa (maaf) mencret
Kalau kurang makan, dia bisa (lagi, maaf) mencret
Kalau kebanyakan makan, dia bisa (lagi-lagi, maaf) mencret
Kalau stress, dia bisa (pokoknya sampai seterusnya, maaf) mencret

Seperti bayi, selalu bermain
Seperti bayi, selalu mencuri hati
Seperti bayi, selalu ingin tahu
Seperti bayi, selalu belajar hal baru

Sekarang dia sedang tumbuh gigi
Sekarang semua pasti digigiti
Sekarang badannya sudah meninggi
Tapi tetap dianggap seperti bayi

Luv you, Frodo my baby :)

Anggota Keluarga Baru

Sejak November 2008, kami kedatangan anggota keluarga baru. Laki-laki, tampan, lincah, menggemaskan, menarik perhatian orang-orang yang melihat sosoknya.

Bukan.
Dia bukan kakak atau adik saya yang tiba-tiba ditemukan setelah puluhan tahun terpisah (sinetron abeeiiss...).
Dia juga bukan suami saya (I wish... Doh...!!! Curcol mode on).
Dia juga bukan anak saya (walaupun sudah pengen banget punya anak, xixixixi...).
Lalu siapa donk?

Masih belum bisa menjawab?
Oke, saya bantu dengan petunjuk lagi. Matanya bulat, cemerlang, kadang berwarna abu-abu, kadang hijau pucat, kadang biru pucat dengan sedikit semburat cokelat, tergantung pada kondisi cahaya. Wajahnya bulat, berhidung pesek, ekspresinya lucu. Berkaki empat, berbulu panjang, lembut, berwarna kombinasi putih dan abu-abu.

Frodo.
Itu adalah namanya, seekor kucing Persia yang menjadi anggota keluarga baru. Bagi para fans novel fiksi dan film Lord of the Rings, pasti mengenal tokoh Hobbit yang bernama sama, yang memiliki tugas besar sebagai sang pembawa cincin milik Sauron untuk kemudian dihancurkan di Mount Doom.

Nama Frodo memang diambil dari tokoh tersebut. Sebetulnya lebih cocok dinamakan Gandalf, karena bulunya panjang dan warnanya putih dan abu-abu. Mirip Gandalf the Grey, penyihir yang lagi-lagi diambil dari tokoh dalam Lord of the Rings. Tapi karena akhirnya menyadari bahwa nama Gandalf tidak familiar dengan lidah awam dan akan menjadi sulit diucapkan, akhirnya diputuskanlah memakai nama Frodo. Mengapa Frodo? Mmmm... Kenapa ya? Karena badannya (masih) kecil, rada gembil berisi, lucu seperti Elijah Wood, pemeran tokoh Frodo. Ditambah lagi, nama Frodo (sepertinya) lebih mudah diucapkan dari pada Gandalf. Walaupun akhirnya sekarang juga sering berubah menjadi Prodo, Frod, Prot, sampai Emprot <Sigh...>.

Frodo dijual oleh pemiliknya terdahulu, seorang breeder kucing Persia asal Bandung, yang memiliki pengalaman dalam mengembangbiakan kucing-kucing Persia berkualitas juara, dan memang kucing-kucing miliknya sering menjuarai kontes-kontes kucing yang diadakan oleh cat lover communities. Oleh karena itu, Frodo memang dihargai agak sedikit mahal dibandingkan dengan kucing Persia yang biasa dijual di pet shop. Tapi ternyata Frodo memang berkualitas prima. Ternyata memang benar kata pepatah, "harga tak pernah bohong."

Terlahir dari orang tua yang keduanya murni Persia, Frodo memiliki 3 saudara. Satu berwarna putih polos, satu berwarna hitam pekat, satu berwarna abu-abu tua polos, dan Frodo, berwarna putih dan abu2. Sempat terfikir untuk membeli si putih polos, namun tiba-tiba si belang putih-abu2 mencuri perhatian. Secara aktif dia bereaksi terhadap hampir semua gerakan, meloncat-loncat, menggapai-gapai dengan kaki mungilnya. Jadilah jatuh cinta pada pandangan pertama.

Sekarang, secara resmi Frodo sudah menjadi anggota keluarga kami. Orang tua saya menjadi jatuh cinta juga dengan si mungil nakal itu. Padahal sebelumnya, kami sekeluarga (actually, my father & I) sangat menyukai anjing sebagai hewan peliharaan. Namun karena kondisi tertentu, kami tidak bisa memelihara anjing lagi. Tidak pernah ada satu pun kucing yang pernah menarik perhatian orang tua saya sebegitu rupa, kecuali Frodo.

He's so adorable... :)

Thursday, 12 March 2009

Details in the Fabric

Lagu untuk seorang sahabat... Don't worry 'bout a thing...
You're the only one who can make your own fortune & future. And when you do, do it for yourself, not others...



Calm down
Deep breaths
And get yourself dressed instead
Of running around
And pulling all your threads saying
Breaking yourself up

If it's a broken part, replace it
But, if it's a broken arm then brace it
If it's a broken heart then face it

And hold your own
Know your name
And go your own way
Hold your own
Know your own name
And go your own way

And everything will be fine
Everything will be fine
Mmmhmm

Hang on
Help is on the way
Stay strong
I'm doing everything

Hold your own
Know your name
And go your own way
Hold your own
Know your name
And go your own way

And everything, everything will be fine
Everything

Are the details in the fabric
Are the things that make you panic
Are your thoughts results of static cling?

Are the things that make you blow
Hell, no reason, go on and scream
If you're shocked it's just the fault
Of faulty manufacturing.

Yeah everything will be fine
Everything in no time at all
Everything

Hold your own
And know your name
And go your own way

Are the details in the fabric (Hold your own, know your name)
Are the things that make you panic
Are your thoughts results of static cling? (Go your own way)

Are the details in the fabric (Hold your own, know your name)
Are the things that make you panic (Go your own way)
Is it Mother Nature's sewing machine?

Are the things that make you blow (Hold your own, know your name)
Hell no reason go on and scream
If you're shocked it's just the fault (Go your own way)
Of faulty manufacturing

Everything will be fine
Everything in no time at all
Hearts will hold

(Details in the Fabric --Jason Mraz--)

Sunday, 8 March 2009

Java Jazz? No... Karaoke? Yes...!!!

Jumat, 6 Maret 2009. Hari kerja terakhir sebelum long weekend. Disebut long weekend karena Senin (9 Maret 2009) adalah hari Maulid Nabi yg menjadi hari libur Nasional (yippeee!).

Hhmmm... Tiba-tiba "mati gaya". Kok gak ada rencana malam ini, ya? Teman-teman yg lain sudah ada rencana masing-masing. Ada yg reuni dengan teman2 sekolah, just hang out, pacaran (hhh...bikin iri), dan yg lebih bikin iri hati bin dengki setengah mati: beberapa ada yg menonton Jason Mraz di Java Jazz. Begini nih, akibat sistem budget control pribadi yg gak terkontrol, harga tiket Java Jazz jadi semakin jauh dari jangkauan. Jadi gak bisa lihat Abang Jason manggung (hallaah... Abaaang...).

Oke... Oke... Sudah gak ada gunanya menyesal sekarang. Harus dijadikan pelajaran, bukan ratapan (gak pakai anak tiri). Back to the situation... Haaaaaahhh... Malah bikin tambah merana, karena gak ada rencana... (kenapa dari tadi kalimatnya berima teruusss? Mau bikin puisi apa?)

Tiba2 handphone berbunyi. Ada SMS masuk. Whuaaaa... Ini dia yg ditunggu2. Salah satu teman semasa kuliah mengajak pergi. Kemana? Ehm... Karaoke, hehe... Tanpa pikir-pikir lagi, langsung mengiyakan. Gagal ke Java Jazz, mendingan menghibur diri sambil nyanyi-nyanyi.

Langsung melajukan mobil ke Pasar Festival menuju Inul Vista, Family Karaoke yg hampir rutin menjadi tempat Karaoke bersama teman2 kuliah di Jurnalistik Unpad. Setibanya di sana, (seperti yg sudah diperkirakan juga) sangat ramai dan waiting list sudah berderet penuh. Jangan2 semua orang berfikir mau menghabiskan waktu long weekend sambil karaoke sampai teler. Atau jangan2 mereka juga barisan yg kecewa karena tidak bisa nonton Java Jazz...

Setelah memasukkan nama di waiting list, baru tersadar kalau perut keroncongan. Langsung terbayang Kare plus Nasi Hainan yg hangat dan lezat di restoran Cavana. Hmmmmmm... Langsung bisa terasa di mulut. Dengan penuh harap, melangkah agak cepat, menuju lantai satu Pasar Festival. Tapi......................... Whuaaaaaaa...!!! Lokasi di mana seharusnya restoran Cavana berada, yg biasanya para pelayannya menyambut ramah dan gembira, sudah kosong-melompong! Cuma tersisa tumpukan papan-papan kayu, gelap, tak bertuan. Kata security-nya, memang sudah tutup. Hikss... Hilang sudah salah satu resto terenak di Pasar Festival :(

Masih kecewa, melangkah ke Food Court Pasar Festival. Btw, Food Court itu aneh banget. Di sana tersedia Free Wi-Fi/Hotspot, tapi tidak satu pun stop kontak yg tersedia. Lhaa... Gimana mau internet-an siy? Memangnya laptop pakai tenaga matahari? Setelah memesan nasi goreng ikan asin, tiba2 ada kejutan lagi....

Ireng Maulana & Friends perform di panggung Food Court Pasfes...! Yes, the jazz legend himself! Beruntung... Lagi-lagi, gagal nonton Java Jazz, masih bisa menikmati Jazz Live performance langsung dari masternya, hehe...

Perut kenyang, hati senang, kembali ke Inul Vista. Akhirnya baru bisa dapat ruangan sekitar pukul 10. Malam ini peserta lomba karaokenya (hehe...) ada Kimpoy, Riki, Kutu, n Pepeng. Yes... They are all guys. Para pria tulen yg sangat gemar karaoke, menyanyikan lagu2 cinta yg shallow dan mellow, hehe...

Daftar lagu yg berhasil dinyanyikan dengan sukses:
  1. ST12 (gak tau judul lagunya apa, dan gak mau tau)
  2. Dancing Queen - ABBA
  3. Bunga - /rif
  4. If I Aint Got You - Alicia Keys
  5. Pertempuran Hati - Netral
  6. Always - Air Supply
  7. Dont Sleep - No Doubt (musiknya gak asli neh, midi)
  8. Saybia (judulnya lupa, tapi ini juga midi banget, iihhh)
  9. Love is on the Way - Saigon Kick
  10. Kerispatih (ini juga lupa judulnya, saking banyaknya)
  11. Teardrops (wiiii.. merinding lagunya bagus bgt)
  12. Sahabat Kecilku - Ipank
  13. Loving You - Shanice (ini video klipnya gak asli, dan -maaf- agak porno)
  14. You're All I Need - White Lion
  15. If I were a Boy - Beyonce
  16. Cintamu Telah Berlalu - Koes Ploes
  17. Sisa Semalam - Java Jive
  18. Gerangan Cinta - Java Jive
  19. Ode to My Family - Cranberries
  20. Lost in Space - Lighthouse Family
  21. Kau yg terindah - Java Jive
  22. She's All I Ever Had - Ricky Martin
  23. Heaven Knows - Rick Price
  24. Uninvited - Alanis Morrisette
  25. Umbrella - Rihanna
  26. Yellow - Coldplay
  27. Bizzare Love Triangle - Frente
  28. Only When I Sleep - The Corrs
  29. Three Times Only - Lionel Ritchie
  30. In This Life - Collin Ray
  31. Ada Apa Dengan Cinta - Anda Bunga
  32. Bila Engkau - Flanella
  33. Annie's Song - John Denver
  34. I Do Anything for Love - Meatloaf
  35. Forever Love - Gary Barlow
  36. Everyday I Love You - Ronan Keating
  37. Lie To Me - Bon Jovi
  38. Owner of My Heart - Sasha
  39. Two Less Lonely People in the World - Air Supply
  40. Always on the Run - Lenny Kravitz
  41. No Matter What - Boyzone
  42. Ular berbisa - Hello Band (katanya ini Maroon 5 Indonesia, dasar nyontek)
  43. I Wanna Take Forever Tonight - Peter Cetera
  44. Wake Up Call - Maroon 5 (ini bukan Hello Band!)
Total penyewaan ruangan karaoke: 3 jam, sharp. Untuk diketahui, daftar lagu itu seharusnya lebih banyak, tapi karena tidak ada di daftar, atau musiknya kelewat midi, jadi banyak yg di-skip. Sudah puas? Jelas belum donk, hehe...

Yuk, karaoke lagi...!

Thursday, 5 March 2009

Fanning was being "Push"-ed So Hard

Bercerita mengenai orang-orang yg memiliki kemampuan super, yang disebut movers (kekuatan menggerakan benda2), watchers (kekuatan melihat masa depan), pushers (kekuatan mempengaruhi fikiran orang lain), shifters (kekuatan mengubah tampilan benda2), sniffers (kekuatan melacak sesuatu), shadows (kekuatan menghilangkan objek yg berada didekatnya), stitchers (kekuatan penyembuh), dan bleeders (kekuatan penghancur melalui suara)--(thanks to Ode who kindly remind me those names), PUSH menyuguhkan sebuah tontonan yg seru, full of special effects. But that's it...! No more special things.

Berawal dari cerita mengenai orang-orang berkemampuan super generasi pertama yang diburu oleh Division, sebuah organisasi yg (mungkin) tugasnya meneliti dan mengembangkan kemampuan para superhuman tersebut. Beberapa tahun kemudian, Division terus berusaha meningkatkan kemampuan para manusia super, namun terus-menerus gagal. Kecuali pada satu percobaan, yaitu percobaan yg dilakukan kepada Kira Hudson (Camilla Belle). Namun karena Kira kabur dari laboratorium, ia pun menjadi objek buruan Division. Di sinilah Nick Gant (Chris Evans), Cassie Holmes (Dakota Fanning), dan para manusia super lainnya (generasi kedua) bekerja sama untuk menyelamatkan Kira dan diri mereka dari kejaran Division.

Banyak hal yg terasa "bolong" pada plotnya. Hal-hal yg tidak terjelaskan, seperti: Mengapa Division mengejar (bahkan bisa membunuh) para manusia super tersebut? Apa latar belakang dan tugas Division, dan untuk apa? Bagaimana nasib ibu dari Cassie Holmes selanjutnya? Seakan2 penonton dianggap seperti sudah mengetahui semua itu tanpa harus dijelaskan lebih detil. Atau jangan2 memang film ini berdasarkan novel best seller yg sudah dibaca oleh puluhan juta orang di dunia? Kalau iya, kok saya belum membacanya ya? Atau jangan2 otak saya yg "gak sampai" mencerna hal2 itu? Sedih amat...

Mengenai ending-nya? Agak parah, nanggung, yg terlintas di fikiran: "Ya elah, cuma gitu doang? Kenapa gak dari awal aja sih begitu?" So shallow.

Mengenai karakter, sepertinya Dakota Fanning yg akan lebih dibahas di sini. Bukannya tidak mau membahas Chris Evans, tapi sejauh ini Evans tidak pernah membuat kesan tersendiri dengan kualitas aktingnya. Oke, Dakota Fanning... Mmmmm... Belum pernah saya tidak terkesan dengan akting Fanning, kecuali di film ini. Karakternya agak terlalu dipaksakan, menjadi remaja 13 tahun yang berpenampilan SANGAT dewasa. Tidak hanya cara berpakaian, namun juga tatanan rambut, cara berjalan, sampai nada bicara (terutama adegan ketika dia mabuk), tidak bisa dibawakan dengan baik oleh Fanning. Entah karena image Fanning yg terlalu lekat dengan anak perempuan kecil baik2, rapuh, dan tidak berdaya, atau memang karena dia kurang dalam riset pendalaman karakter.

Untuk para penggemar Fanning, lebih baik berfikir lagi jika berharap mendapatkan akting total seperti di film2 sebelumnya. Kecuali kalau motifnya memang hanya ingin menonton Fanning, tak lebih dari itu, silakan saja.

Wednesday, 4 March 2009

"Lucky" for You....

Suka banget sama lagu ini...


Do you hear me, I'm talking to you
Across the water across the deep blue ocean
Under the open sky, oh my, baby I'm trying
Boy I hear you in my dreams
I feel your whisper across the sea
I keep you with me in my heart
You make it easier when life gets hard

I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again
Ooohh ooooh oooh oooh ooh ooh ooh ooh

They don't know how long it takes
Waiting for a love like this
Every time we say goodbye
I wish we had one more kiss
I'll wait for you I promise you, I will

I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again
Lucky we're in love every way
Lucky to have stayed where we have stayed
Lucky to be coming home someday

And so I'm sailing through the sea
To an island where we'll meet
You'll hear the music fill the air
I'll put a flower in your hair
Though the breezes through trees
Move so pretty you're all I see
As the world keeps spinning round
You hold me right here right now

I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again
I'm lucky we're in love every way
Lucky to have stayed where we have stayed
Lucky to be coming home someday
Ooohh ooooh oooh oooh ooh ooh ooh ooh
Ooooh ooooh oooh oooh ooh ooh ooh ooh

(Lucky -- Jason Mraz)

Monday, 2 March 2009

India & Indonesia = Sama Saja?

Saya menonton Slumdog Millionaire pada 19 Januari 2009, bertepatan dengan acara Employee Appreciation Day Adira Insurance di Blitz Megaplex Grand Indonesia, di mana saya menjadi salah satu panitia. Acara tersebut diselenggarakan dalam rangka Ulang Tahun Adira Insurance ke-7 (24 Januari 2009). Acara nonton bareng tersebut dihadiri oleh seluruh karyawan Adira Insurance se-Jabotabek, juga mengundang para media partners Adira Insurance di Jakarta.

Sebelumnya, panitia memilih film Slumdog Millionaire dengan berbagai pertimbangan, yaitu: Pertama, tema film tersebut tidak terlalu "berat" seperti Valkyrie dan tidak terlalu ringan seperti Garfield. Kedua, film tersebut bisa dinikmati semua kalangan dan gender, tidak seperti Bride Wars yg mungkin hanya bisa dinikmati oleh kaum wanita. Ketiga, Slumdog baru saja mendapat piala Golden Globe untuk Best Picture Drama di ajang Academy Award (setelah itu meraih 7 piala Oscar).

Ternyata predikat terbaik itu memang pantas disandang Slumdog. Sinematografi yg apik, cerita yg biasa namun dibuat dengan alur yg luar biasa, hingga musik yang amat menunjang. Sungguh tidak pernah terfikir sebelumnya, sebuah film India dapat disuguhkan dengan cara seperti itu. Yang pasti itu semua karena garapan Danny Boyle, seorang sutradara berkebangsaan Inggris. Karena menurut opini dari beberapa teman, (tidak dengan maksud mendiskreditkan) hampir tidak mungkin seorang sutradara asli India bisa membuat film seperti Slumdog.

Seperti yg sudah diketahui banyak orang, Slumdog Millionaire bercerita mengenai seorang yatim piatu bernama Jamal, bekerja sebagai pembuat teh di sebuah perusahaan telekomunikasi, yg mengikuti acara Who Wants to be a Millionaire di India. Mengapa Jamal bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yg sulit? Motif apakah yg dimiliki Jamal dengan mengikuti acara tersebut? Apakah Jamal berhasil mendapatkan 20 juta Rupees dan menjadi seorang miliarder?

Terdapat hal-hal menarik dalam Slumdog. Yang paling berkesan adalah banyaknya persamaan antara kondisi India yg digambarkan oleh Boyle dengan kondisi di Indonesia. Dimulai dari penggambaran organisasi pengemis yg terkoordinir, daerah slum yg mirip sekali dengan Jakarta, hingga bajaj 4 tak yg kerap terlihat dalam film tersebut.

Satu hal lagi yang tak kalah menarik adalah: adanya Cinderella Syndrome yg melanda masyarakat India, yg juga banyak terjadi di masyarakat Indonesia. Ketika Jamal hanya tinggal menjawab satu pertanyaan terakhir untuk mendapatkan 20 Juta Rupees, seakan-akan perhatian seluruh penduduk di kota Mumbai tersedot ingin menonton acara tersebut. Mereka ingin melihat, apakah seorang pembuat teh (Chai-Wallah, mungkin bisa disamakan dengan OB-Office Boy) dapat menjadi seorang milyarder dalam sekejap. Jamal langsung menjadi idola masyarakat.

Sama seperti yg seringkali kita temukan di Indonesia. Seseorang yg nasibnya "tertindas" selalu mendapat perhatian dan simpati berlebihan dari masyarakat. Jika memang orang tersebut dapat membuktikan bahwa dirinya memang pantas mendapatkan prestasi karena kerja kerasnya, tidak ada masalah. Namun seringkali status dan kedudukannya itu membuat orang seakan-akan buta, tak peduli orang tersebut memiliki potensi atau tidak. Yang penting, orang yg "tertindas" harus selalu diangkat, harus selalu juara, dengan harapan dapat memperbaiki nasibnya. Atau mungkin, para pendukung itu merefleksikan dirinya sendiri sebagai yg tertindas, dan berharap nasibnya seperti tokoh yg dibelanya.

Harapan selalu ada...

Sunday, 1 March 2009

Smith Has It...

Tidak semua aktor dapat memerankan sebuah karakter seperti yang diperankan oleh Will Smith dalam film Seven Pounds. Seorang agen IRS yang sangat emosional. Emosi dalam hal ini tidak hanya menggambarkan kemarahan, namun juga kelembutan, empati yg tinggi terhadap orang-orang yg ia temui, apakah itu para wajib pajak ataupun bukan.

Di awal film, mengutip perkataan teman saya Angki, film2 Hollywood hampir selalu seperti itu, tidak jelas di awal, yang pada akhirnya satu-persatu keping puzzle itu terkuak. Mengapa Ben Thomas (Smith) bertingkah aneh sebagai petugas IRS? Berani memukul seorang pengurus rumah sakit jompo hingga mengatakan kata2 kejam kepada seorang call center buta? Hanya Thomas sendiri yang mengetahui alasannya berbuat seperti itu, yg juga akan diketahui oleh penonton di akhir cerita.

Permainan emosi Will Smith-lah yang sangat menonjol di film ini. Jika Anda pernah menonton Pursuit of Happyness, maka di film ini Anda akan menemukan akting Smith yg sama memukaunya dengan film tersebut. Mungkin juga karena kedua film tersebut digarap oleh sutradara yg sama: Gabriele Muccino. Perbedaannya terletak pada plot, alur cerita, dan motif tersembunyi yang dimiliki tokoh utamanya.

My only word: Beautiful. The story, the character, the emotion, the motive, especially the ending, are beautiful. It effected me so much, so I cried, several times. And I had to rebuild my mood after I saw the movie. Bravo, Smith...!

Saturday Night Pounds

28 Februari 2009, saya melewatkan malam minggu bersama teman2 SMA, Angki dan Ode. Sebetulnya malam minggu ini sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya, di mana seharusnya Ratu dan Odel juga berencana ikut. Namun tiba2 sehari sebelumnya Ratu mengabarkan dia tidak bisa ikut karena ada keperluan mendesak ("from morning till drop," she said). Sedangkan Odel, tidak ada kabar dari dia. Ditambah lagi ketika kami bertiga menyadari kalau tidak ada satupun di antara kami memiliki nomor kontaknya, selain Yahoo Messenger (yg mana dia sedang tidak online). Duuuuhh... How come? :P Jadilah kami tidak bisa kontak Odel.

Setelah bertemu di meeting point McD Pangkalan Jati (Ode nunggu sampai sempat makan paket cheese burger, maaf ya De...), kami memutuskan untuk pergi ke daerah Sarinah. Seperti biasanya, malam minggu di Sarinah sangat penuh, tapi untung tak lama kami bisa menemukan tempat parkir, meskipun paralel.

Tujuan pertama adalah makan malam, lalu kami bertolak menuju Burger King (yippee...!). Hampir sepanjang malam itu, kami bertiga mengobrol (kalau tidak dikatakan bergosip) mengenai teman2 SMA, masa2 SMA (yg sudah berlalu 10 tahun yg lalu--shoot...), dll. Lebih banyak mungkin saling korek-mengorek kehidupan (percintaan) masing2, haha...! This topic took quite a lot of energy :).

Setelah itu, kami memutuskan untuk menonton Midnight Movie di Djakarta XXI. Ada dua pilihan film malam itu: Push (Chris Evans) dan Seven Pounds (Will Smith). Berdasarkan input dari temannya Angki yg kami temui malam itu dan Ode yang mengatakan bahwa Seven Pounds bagus (oh yes, Ode sudah menonton film itu di DVD, dan bersikeras bahwa dia tidak keberatan menontonnya lagi), kami membeli tiket Seven Pounds.

Perut sudah terisi. Tiket sudah di tangan. Pertunjukan jam 00.05 WIB. Oh gosh, it's still 10 pm! Hmmm... What should we do to spend the time? Akhirnya kami memutuskan untuk membeli kartu remi. Ok, kartu sudah terbeli. Mainnya di mana? Di Ohlala? Di Starbucks? Or..... where?

Akhirnya diputuskan kami akan main di............ ruang tunggu Djakarta XXI, hehe... Shoot... Kursi empuk bermeja yg diincar sudah diisi. Kursi lain yg tersedia tidak representatif untuk main kartu. Kemudian Angki melontarkan ide aneh tapi masuk akal. Ada sebuah pojok yang menjorok dan cukup sepi, bisa digunakan untuk menunggu sambil bermain kartu. Hanya terlapisi karpet, cahaya remang tapi memadai, dan terlindung dari kemungkinan tatapan2 aneh pengunjung lain ataupun tatapan sinis dari security. Ok, it'll work.

Kami bermain Seven Scope (tulisannya bener gak sih: Scope? naah... whatever...). Why Seven Scope? Because we're gonna watch Seven Pounds? What a coincidence. Bermain kartu betul2 membunuh waktu, tidak terasa sudah hampir jam 12. Btw, penayangannya mundur dari jadwal yg seharusnya pukul 00.05, jadi sekitar 00.30 WIB. Ternyata bioskop sekaliber XXI bisa ngaret juga. Film selesai pukul 02.30 WIB. Such a beautiful movie, especially when you watch it with your great friends... :)