Wuiiiih... Sudah lama tidak sempat menengok "rumah" Blues ini, karena kerjaan kantor yg menumpuk (dan super mendesak, uuughh...). Sampai di rumah hanya bisa cek FB sebentar, sedikit chat, lalu langsung tertidur pulas dengan suksesnya. Betul-betul minggu yg melelahkan...
Kali ini saya akan membagi pengalaman pertama saya memperpanjang SIM di layanan SIM Keliling. Sebelumnya saya sudah mencari tahu (via Mbah Google) mengenai perpanjangan SIM di SIM Keliling, dari lokasinya, syarat2 yg harus dipenuhi, dll. Hasil yg saya dapat, layanan SIM Keliling itu praktis, cepat, dan mudah. Hanya cukup siapkan KTP dan SIM asli, pulpen, dan tentu biaya untuk ongkos perpanjangannya. Selain itu tidak perlu menunggu terlalu lama, tinggal isi formulir, menunggu sebentar untuk kemudian difoto, dan "tring!" jadilah SIM baru.
Kenyataannya??? AAARRRRGHHHH...!!!
*mohon tunggu sebentar... Saya perlu menenangkan diri dulu sebelum meneruskan...
.........
............
..................
Oke... Pagi ini saya tiba di layanan SIM Keliling depan kantor polisi Taman Makam Pahlawan Kalibata pada pukul 09.00 WIB. Layanan tersebut beroperasi pada pukul 08.00-15.00 WIB. Jadi logikanya, kalau saya tiba pada pukul 9 pagi, sebelum jam makan siang saya sudah bisa sampai di kantor lagi. Sebetulnya saya sudah curiga ketika melihat antrian dan kerumunan orang yg cukup padat di sekitar bus layanan SIM Keliling tersebut. Namun dengan penuh semangat dan optimis, saya tetap berharap logika tersebut akan terwujud.
Saya berjalan menuju loket pendaftaran, lalu memberikan SIM dan KTP asli kepada petugas. Ternyata, mereka juga meminta fotokopi SIM dan KTP tersebut. Saya berjalan menuju tempat fotokopi yg juga sudah disediakan, dan membayar Rp2,000 untuk fotokopi dua dokumen.
Setelah menyerahkan fotokopi, saya diminta mengisi sebuah formulir. Celingak-celinguk, saya menuju meja yg tersedia untuk mengisi formulir. Karena semua kursi di sekeliling meja itu terisi penuh, saya pun harus menulis di meja dengan posisi membungkuk. Tiba-tiba, seorang kakek memberikan kursinya untuk saya. Saya sempat menolak, karena saya merasa kakek itulah yg lebih berhak untuk duduk, karena beliau sudah tua dan kemungkinan besar lebih mudah lelah, dibandingkan saya yg masih kuat berdiri (walaupun dengan sepatu hak, hehe...). Namun kakek itu memaksa, dan saya pun duduk dengan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada si kakek.
Setelah memastikan formulir telah terisi lengkap, saya menyerahkannya kembali kepada petugas. Kata si petugas:
WHAAAATTTT??? Jam 1??? Gak salah Paaak??? Berarti saya harus menunggu 4 jam??? Uuuuughh...!!! Teganyaaa...!!!
Yg mengejutkan lagi, tidak lama setelah saya memberikan formulir, tiba2 ada pengumuman bahwa pendaftaran sudah ditutup! Padahal masih pagi lho! Ternyata para petugas SIM Keliling menetapkan, dalam 1 hari tidak menerima lebih dari 100-120 form perpanjangan SIM. Duuh... Kasihan orang-orang yg datang setelah itu, mereka diminta untuk datang lagi besok pagi.
Sebetulnya saya bisa saja pergi dulu ke tempat lain, misalnya ke Kalibata Mall yg tidak jauh dari situ. Namun dalam hati kecil masih berharap, siapa tahu bisa dipanggil sebelum jam 1 siang. Makanya saya (bersama dengan ratusan orang lainnya) tetap menunggu di sekitar bus SIM Keliling.
Satu jam, dua jam menunggu. Saya memperhatikan orang-orang yg dengan penuh harap dipanggil untuk foto. Ada dua orang kakek yg sedang asyik mengobrol, dari pembicaraannya saya tidak sengaja mendengar bahwa salah satunya sudah menggunakan KTP seumur hidup. Hhhmm... Saya jadi teringat kakek saya sendiri, dia juga sudah menggunakan KTP seumur hidup, dan sekarang dia sudah tidak bisa memperpanjang SIM-nya, karena menurut polisi sudah terlalu berbahaya jika dia masih menyetir sendiri.
Selain dua kakek itu, ada juga perempuan berusia 30-an yg tidak henti-hentinya menerima telefon. Telefon genggamnya berdering hampir setiap 5 menit, dan dia menerimanya dengan berbagai macam nada bicara. Kadang resmi, kadang berbisik2, kadang dengan nada memerintah, kadang merajuk. Di sebelahnya, berdiri seorang pria yg juga sibuk dengan telefon genggamnya, namun bukan digunakan untuk berbicara melainkan untuk bermain game. Lalu ada pria dan wanita yg sepertinya sepasang kekasih. Sang pria berdandan necis, gaya, begitu juga wanitanya. Sang wanita sangat terlihat sewot dan tidak sabar menunggu giliran dipanggil.
Yang paling mengesalkan adalah ketika ada seorang petugas yg masuk ke dalam bus sambil membawa formulir. Tak lama kemudian ia keluar, memberi kode memanggil kepada seseorang, dan berbisik kepada orang itu:
Maksudnya??? Bukannya petugas sudah tidak menerima formulir baru? Lalu kenapa formulir baru itu bisa dibawa masuk, dan orangnya langsung difoto pula? Uuuughhh...!!!
Akhirnya jam 1 pun datang. Tapppiiii.... Saya tetap tidak dipanggil2!!! Keringat sudah mengucur, panas matahari menyengat... Belum lagi aksi rebutan kursi yg jumlahnya tidak memadai dibandingkan dengan orang yg menunggu. Sempat di suatu waktu, SELURUH wanita yg ada di situ BERDIRI! Tidak ada satupun wanita yg diberikan tempat duduk. Yg duduk seluruhnya pria, mayoritas masih muda. Duuuh... Bahkan dua orang kakek yg saya lihat sebelumnya pun juga masih tetap berdiri. Mungkin mereka semua yg duduk menganggap serius yg namanya emansipasi wanita (dan emansipasi orang tua juga ya?).
Masih berusaha sabar... Sekitar jam 1/2 2 lewat, saya pun akhirnya mencoba bertanya kepada petugas, berapa lama lagi saya akan dipanggil?
Oke... Akhirnya saya dipanggil pada pukul 2 lewat 15 menit. Saya betul2 penasaran, apa hal yg membuat prosesnya menjadi sedemikian lama. Saya masuk ke dalam bus yg disulap menjadi studio foto mini, lengkap dengan sebuah perangkat komputer untuk memasukkan data. Di situ juga terdapat alat scanner sidik jari, dan mesin cetak SIM. Ketika saya duduk, seorang petugas masih sibuk memasukkan data2 yg saya tulis di form berjam-jam sebelumnya.
Naaah... Ini dia yg membuat prosesnya lama. Ternyata para petugas tidak memiliki cukup sumber daya dan alat untuk mempercepat proses. Coba saja jika terdapat 1 atau 2 orang lagi yg bertugas memasukkan data ke sistem, sehingga ratusan form dapat diselesaikan dengan cepat. Setelah itu, baru orang2 dipanggil untuk langsung foto beserta data yg sudah lengkap tersedia.
Tidak sampai 1 menit setelah data lengkap, scan sidik jari dan tanda tangan, lalu difoto, SIM langsung jadi dan bayar Rp110,000. Fiiuuuh... Sebuah perjuangan yg melelahkan.
Tips untuk teman2 yg ingin memperpanjang SIM di SIM Keliling:
Kali ini saya akan membagi pengalaman pertama saya memperpanjang SIM di layanan SIM Keliling. Sebelumnya saya sudah mencari tahu (via Mbah Google) mengenai perpanjangan SIM di SIM Keliling, dari lokasinya, syarat2 yg harus dipenuhi, dll. Hasil yg saya dapat, layanan SIM Keliling itu praktis, cepat, dan mudah. Hanya cukup siapkan KTP dan SIM asli, pulpen, dan tentu biaya untuk ongkos perpanjangannya. Selain itu tidak perlu menunggu terlalu lama, tinggal isi formulir, menunggu sebentar untuk kemudian difoto, dan "tring!" jadilah SIM baru.
Kenyataannya??? AAARRRRGHHHH...!!!
*mohon tunggu sebentar... Saya perlu menenangkan diri dulu sebelum meneruskan...
.........
............
..................
Oke... Pagi ini saya tiba di layanan SIM Keliling depan kantor polisi Taman Makam Pahlawan Kalibata pada pukul 09.00 WIB. Layanan tersebut beroperasi pada pukul 08.00-15.00 WIB. Jadi logikanya, kalau saya tiba pada pukul 9 pagi, sebelum jam makan siang saya sudah bisa sampai di kantor lagi. Sebetulnya saya sudah curiga ketika melihat antrian dan kerumunan orang yg cukup padat di sekitar bus layanan SIM Keliling tersebut. Namun dengan penuh semangat dan optimis, saya tetap berharap logika tersebut akan terwujud.
Saya berjalan menuju loket pendaftaran, lalu memberikan SIM dan KTP asli kepada petugas. Ternyata, mereka juga meminta fotokopi SIM dan KTP tersebut. Saya berjalan menuju tempat fotokopi yg juga sudah disediakan, dan membayar Rp2,000 untuk fotokopi dua dokumen.
Setelah menyerahkan fotokopi, saya diminta mengisi sebuah formulir. Celingak-celinguk, saya menuju meja yg tersedia untuk mengisi formulir. Karena semua kursi di sekeliling meja itu terisi penuh, saya pun harus menulis di meja dengan posisi membungkuk. Tiba-tiba, seorang kakek memberikan kursinya untuk saya. Saya sempat menolak, karena saya merasa kakek itulah yg lebih berhak untuk duduk, karena beliau sudah tua dan kemungkinan besar lebih mudah lelah, dibandingkan saya yg masih kuat berdiri (walaupun dengan sepatu hak, hehe...). Namun kakek itu memaksa, dan saya pun duduk dengan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada si kakek.
Setelah memastikan formulir telah terisi lengkap, saya menyerahkannya kembali kepada petugas. Kata si petugas:
"Nanti Mba kembali untuk foto sekitar jam 1 ya..."
WHAAAATTTT??? Jam 1??? Gak salah Paaak??? Berarti saya harus menunggu 4 jam??? Uuuuughh...!!! Teganyaaa...!!!
Yg mengejutkan lagi, tidak lama setelah saya memberikan formulir, tiba2 ada pengumuman bahwa pendaftaran sudah ditutup! Padahal masih pagi lho! Ternyata para petugas SIM Keliling menetapkan, dalam 1 hari tidak menerima lebih dari 100-120 form perpanjangan SIM. Duuh... Kasihan orang-orang yg datang setelah itu, mereka diminta untuk datang lagi besok pagi.
Sebetulnya saya bisa saja pergi dulu ke tempat lain, misalnya ke Kalibata Mall yg tidak jauh dari situ. Namun dalam hati kecil masih berharap, siapa tahu bisa dipanggil sebelum jam 1 siang. Makanya saya (bersama dengan ratusan orang lainnya) tetap menunggu di sekitar bus SIM Keliling.
Satu jam, dua jam menunggu. Saya memperhatikan orang-orang yg dengan penuh harap dipanggil untuk foto. Ada dua orang kakek yg sedang asyik mengobrol, dari pembicaraannya saya tidak sengaja mendengar bahwa salah satunya sudah menggunakan KTP seumur hidup. Hhhmm... Saya jadi teringat kakek saya sendiri, dia juga sudah menggunakan KTP seumur hidup, dan sekarang dia sudah tidak bisa memperpanjang SIM-nya, karena menurut polisi sudah terlalu berbahaya jika dia masih menyetir sendiri.
Selain dua kakek itu, ada juga perempuan berusia 30-an yg tidak henti-hentinya menerima telefon. Telefon genggamnya berdering hampir setiap 5 menit, dan dia menerimanya dengan berbagai macam nada bicara. Kadang resmi, kadang berbisik2, kadang dengan nada memerintah, kadang merajuk. Di sebelahnya, berdiri seorang pria yg juga sibuk dengan telefon genggamnya, namun bukan digunakan untuk berbicara melainkan untuk bermain game. Lalu ada pria dan wanita yg sepertinya sepasang kekasih. Sang pria berdandan necis, gaya, begitu juga wanitanya. Sang wanita sangat terlihat sewot dan tidak sabar menunggu giliran dipanggil.
Yang paling mengesalkan adalah ketika ada seorang petugas yg masuk ke dalam bus sambil membawa formulir. Tak lama kemudian ia keluar, memberi kode memanggil kepada seseorang, dan berbisik kepada orang itu:
"Langsung masuk aja Pak, langsung foto."
Maksudnya??? Bukannya petugas sudah tidak menerima formulir baru? Lalu kenapa formulir baru itu bisa dibawa masuk, dan orangnya langsung difoto pula? Uuuughhh...!!!
Akhirnya jam 1 pun datang. Tapppiiii.... Saya tetap tidak dipanggil2!!! Keringat sudah mengucur, panas matahari menyengat... Belum lagi aksi rebutan kursi yg jumlahnya tidak memadai dibandingkan dengan orang yg menunggu. Sempat di suatu waktu, SELURUH wanita yg ada di situ BERDIRI! Tidak ada satupun wanita yg diberikan tempat duduk. Yg duduk seluruhnya pria, mayoritas masih muda. Duuuh... Bahkan dua orang kakek yg saya lihat sebelumnya pun juga masih tetap berdiri. Mungkin mereka semua yg duduk menganggap serius yg namanya emansipasi wanita (dan emansipasi orang tua juga ya?).
Masih berusaha sabar... Sekitar jam 1/2 2 lewat, saya pun akhirnya mencoba bertanya kepada petugas, berapa lama lagi saya akan dipanggil?
"6 orang lagi ya Mba"
Oke... Akhirnya saya dipanggil pada pukul 2 lewat 15 menit. Saya betul2 penasaran, apa hal yg membuat prosesnya menjadi sedemikian lama. Saya masuk ke dalam bus yg disulap menjadi studio foto mini, lengkap dengan sebuah perangkat komputer untuk memasukkan data. Di situ juga terdapat alat scanner sidik jari, dan mesin cetak SIM. Ketika saya duduk, seorang petugas masih sibuk memasukkan data2 yg saya tulis di form berjam-jam sebelumnya.
Naaah... Ini dia yg membuat prosesnya lama. Ternyata para petugas tidak memiliki cukup sumber daya dan alat untuk mempercepat proses. Coba saja jika terdapat 1 atau 2 orang lagi yg bertugas memasukkan data ke sistem, sehingga ratusan form dapat diselesaikan dengan cepat. Setelah itu, baru orang2 dipanggil untuk langsung foto beserta data yg sudah lengkap tersedia.
Tidak sampai 1 menit setelah data lengkap, scan sidik jari dan tanda tangan, lalu difoto, SIM langsung jadi dan bayar Rp110,000. Fiiuuuh... Sebuah perjuangan yg melelahkan.
Tips untuk teman2 yg ingin memperpanjang SIM di SIM Keliling:
- Pastikan bahwa SIM masih berlaku (tidak lewat masa berlakunya)
- Cek lokasi SIM Keliling di hari itu, bisa telp ke no (021) 523 4001/02/03/04
- Bawa KTP asli dan SIM asli, beserta fotokopinya
- Bawa pulpen supaya tidak perlu meminjam2
- Datang sepagi mungkin (pukul 08.00 WIB)
- Bawa bahan2 bacaan, IPod/MP3 player, Laptop untuk mengisi waktu mengantri. Jangan lupa bawa payung jika tidak tahan panas terik matahari, bisa juga dipakai kalau tiba2 hujan.