Sepertinya beberapa minggu ini adalah minggu tersibuk bagi para pengusaha dan para pekerja bioskop di Indonesia. Bagaimana tidak? Selain summer movies Hollywood yang datang bertubi2 memanjakan para penikmat film, para sineas Indonesia juga tidak mau kalah meluncurkan karya-karya mereka.
Yang paling kentara adalah diluncurkannya film Ketika Cinta Bertasbih, yang menyedot ribuan penonton. Bahkan saya sempat mendengar di salah satu siaran berita nasional, di sebuah kota di daerah Jawa Tengah, penonton harus membeli tiket bioskop film tersebut secara indent (booking) untuk hari berikutnya! Luar biasa...
Fenomena besar lainnya adalah diluncurkannya film keluaran Hollywood, yaitu Transformers: Revenge of the Fallen. Setelah sukses meluncurkan film Transformers pertama di tahun 2007 silam, sepertinya sutradara Michael Bay ingin mendulang sukses dengan meluncurkan kelanjutan film tersebut.
Demam Transformers dimulai. Banyak berita (dari teman2 saya) yang mengabarkan (lagi-lagi) ribuan orang memadati bioskop untuk menonton film tersebut. Tiket bioskop untuk pertunjukan malam hari pun sudah habis terjual sejak siang hari. Saya pun termasuk jajaran orang2 yang beberapa kali kehabisan tiket bioskop, karena saya mencari tiket selalu setelah jam pulang kantor, yang pastinya kalah dengan orang-orang lain yang mencari tiket ketika jam makan siang.
Akhirnya, di hari Jumat 26 Juni kemarin, saya dan teman2 bertekad mendapatkan tiket. Sebetulnya tidak hanya sembarangan asal dapat tiket. Tapi tiket dengan posisi enak (jajaran bangku tengah ke belakang) incaran hampir semua orang, dari pada memaksakan menonton tapi leher encok plus pusing karena duduk di jajaran paling depan, juga tiket yang tidak menguras kantong alias MURAH, hehe... Karena kecil kemungkinannya kami bisa mendapatkan tiket seperti itu di Bioskop 21 (pasti penuh) dan BLITZ (agak mahal, hehe...), kami kemudian mencari alternatif lain, yaitu bioskop MPX di Pasaraya Grande Blok M. Karena pengalaman yang pernah saya dapat, tempatnya lumayan nyaman, harga tiket terjangkau, dan tempatnya tidak begitu populer dibandingkan yang lainnya.
Setelah jam pulang kantor, saya, Ananta, dan Santo buru-buru meluncur ke TKP. Setelah berjuang menerjang kemacetan parah di sepanjang jalan Sudirman-Thamrin (lapor Pak Polisi, ternyata 3 in 1 sama sekali TIDAK EFEKTIF!), kami akhirnya tiba di MPX, di mana Ode juga sudah menunggu di sana. Dan ternyata........ MPX pun penuh! Jujur, saya pun sampai tertegun. Namun alhamdulillah, kami berhasil mendapatkan 4 buah tiket di jajaran tengah, untuk pertunjukan film pukul 21.15 WIB. Akhirnya kami bisa bernafas lega.
Film ini diawali dengan aksi kerja sama antara para Autobots yang dipimpin Optimus Prime (Peter Cullen) dengan tentara Amerika Serikat yang dipimpin Major Lennox (Josh Duhamel). Misi mereka adalah memusnahkan sisa2 Decepticons yang masih bersembunyi di seluruh penjuru bumi. Bersamaan dengan itu, Sam Witwicky (Shia LaBeouf) memulai kehidupan barunya sebagai mahasiswa dan harus menjalani Long Distance Relationship (LDR) dengan kekasihnya, Mikaela Banes (Megan Fox).
Tanpa sengaja, Sam menemukan potongan Allspark yang dahulu diburu oleh para Decepticons, dan seketika itu pula otaknya menerima transfer sejumlah data yang merupakan kunci rahasia awal mula keberadaan para Transformers di bumi. Karena itulah akhirnya Sam kembali diburu oleh Decepticons untuk memperoleh data tersebut, agar Fallen (Tony Todd), pemimpin Decepticons dapat membalaskan dendamnya kepada Optimus Prime.
Secara keseluruhan, film ini memiliki teknik Computer Generated Imagery (CGI) yang bagus, yang membuat sosok Transformers terlihat nyata, serta adegan2 pertempuran antar robot yang begitu memanjakan pandangan. Namun selebihnya, tidak ada lagi yang istimewa. Dari segi ide cerita sebetulnya lumayan bagus, tapi dirusak dengan plot yang terlalu diputar-putar dan terlalu dipanjang-panjangkan, sehingga banyak adegan yg sebetulnya tidak begitu penting.
Unsur komedinya kerap berlebihan, begitu juga eksploitasi karakter Mikaela yang kemunculannya selalu diiringi musik latar yang agak "murahan". Sepertinya sosok Megan Fox di film ini memang hanya untuk memuaskan mata para penonton kaum lelaki, tanpa didukung akting yang berarti. Kemunculan sosok2 robot baru memang menarik perhatian, namun mereka juga tidak banyak memberi peran penting, selain sebagai pewarna menarik yang disertai dengan gaya bicara gangster ala rapper.
Akibatnya, saya sampai tertidur di pertengahan film karena bosan! Weeeeww... Hal itu bisa dikatakan SANGAT jarang terjadi bagi saya yg sangat menyukai film. Padahal saya mengharapkan film kedua ini bisa sebagus film yang pertama, bahkan bisa lebih bagus. Tapi yg saya dapat malah kecewa, dan sangat tidak sebanding dengan usaha saya untuk mendapatkan tiketnya.
Tapi ini semua cuma opini saya lho, karena selera orang berbeda-beda. Teman2 saya juga ada yang menganggap film ini kurang memuaskan, tapi banyak juga yang sangat menyukainya, sampai mau menonton ulang. Dari pada bingung, lebih baik teman2 menonton sendiri dan menilai sesuai dengan pendapat masing2 ya... Mumpung kita masih diberi kebebasan untuk berpendapat.
"Fate rarely calls upon us at a moment of our choosing" (Optimus Prime)