Tulisan ini sebetulnya pernah saya posting di Notes Facebook. Kali ini saya akan posting di sini, karena siapa tahu ada teman2 yang punya rencana untuk liburan/travelling, mungkin ini bisa menjadi referensi tambahan.
Posting ini mengenai pengalaman liburan saya dengan beberapa teman kantor, di akhir Desember 2008. Jadi, mungkin sekarang sudah ada beberapa perubahan, khususnya mengenai harga. Nama tempatnya adalah Ujung Genteng, salah satu pantai wisata yang masih berada di Kabupaten Sukabumi. Jika dilihat di peta pulau Jawa, Genteng terletak di arah paling ujung Barat Daya. Itulah mengapa dinamakan "Ujung", karena memang letaknya yang sangat di ujung.
Awalnya saya mendapat informasi mengenai Ujung Genteng dari seorang teman kantor yang beberapa bulan yang lalu juga sempat berlibur ke sana. Dia menggunakan salah satu penyedia jasa di Ujung Genteng yaitu "PONDOK ADI", yang menyediakan fasilitas berupa beberapa paket-paket perjalanan, mulai dari fasilitas penginapan, kunjungan ke tempat-tempat wisata, makanan, hingga transportasi, all included.
November 2008 saya menghubungi Bapak Adi (pengelola Pondok Adi) untuk mengambil paket perjalanan yang sama. Namun menurut beliau, karena kondisi cuaca yang tidak menentu dan sering turun hujan (yang menyebabkan mayoritas objek2 wisatanya tidak dapat dikunjungi jika cuaca hujan), dia tidak dapat menyediakan paket seperti sebelumnya. Opsinya, dia hanya menyediakan paket penginapan, transportasi, dan makanan.
Akhirnya, saya dan teman2 menyetujui untuk mengambil paket:
- Penginapan 2 hari 1 malam di Padepokan Goshen: terdiri dari 2 kamar tidur, 3 kamar mandi, 1 dapur (kosong tanpa kompor), dan 1 ruang serba guna (mini aula).
- Makanan: 2x makan siang, 1x makan malam, 1x makan pagi, dan 1x snack malam (pisang goreng, bakwan, dan wedang jahe).
- Transportasi: berupa kijang kapsul beserta supirnya untuk 2 hari 1 malam, rute Jakarta-Ujung Genteng (pp), dan ke objek2 wisata tertentu yg bisa dicapai dengan mobil.
Seluruhnya untuk rombongan yg terdiri dari 7 (tujuh) orang biayanya Rp2,135,000, jadi per orangnya membayar Rp305,000. Sekali lagi, semua itu belum termasuk biaya tol, retribusi ke tempat2 wisata, dll.
Day 1
Di hari pertama kami dijemput oleh supir dari Pondok Adi pukul 6 pagi di tempat yg telah disepakati. Perjalanan ditempuh sekitar 6-7 jam, dengan rata-rata 2 kali istirahat untuk ke toilet. Perlu diketahui, waktu tempuh 6 jam dapat dicapai jika pengemudi memang sudah terbiasa dengan medan yg ditempuh. Jika Anda menyetir sendiri apalagi jika pertama kali ke Ujung Genteng, kemungkinan besar waktu yg ditempuh akan lebih lama, karena medan yg begitu sulit, dengan begitu banyak jalanan yg sempit & berkelok2. Jangan lupa sebelumnya untuk sarapan dan membawa penganan/camilan dan minuman yg cukup untuk di perjalanan. Untuk yg seringkali mabuk transportasi darat, sangat disarankan untuk mengonsumsi obat anti mabuk sebelum memulai perjalanan.
Ketika sampai di Pondok Adi di Ujung Genteng, kami langsung disediakan makan siang, berupa nasi putih, 2 macam lauk pauk & 1 macam sayuran. Makanan tersebut dimasak oleh para pegawai Pondokan dan rasanya cukup enak. Terutama setelah melampaui perjalanan yg cukup jauh dan melelahkan.
Setelah beristirahat sejenak di cottage dan berjalan2 di sekitar pantai (pantai di depan pondok adi adalah pantai karang, jika sedang surut kita bisa berjalan hingga ke tengah laut), sekitar pukul 15.00 kami pergi ke Pantai Cipanarikan untuk menikmati Sunset. Ohya, agak ditarik mundur ke belakang, sebelum keberangkatan, Bapak Adi merekomendasikan beberapa objek wisata yg dapat dinikmati di Ujung Genteng, lengkap dengan perkiraan waktu yg akan ditempuh (dengan catatan: objek2 wisata tersebut hanya bisa dikunjungi jika tidak hujan).
Untuk menuju Pantai Cipanarikan, kami harus menyewa ojek motor. Hal ini disebabkan medan yg akan ditempuh tidak memungkinkan untuk dilewati mobil, karena pantai tersebut merupakan salah satu pantai yg masih "perawan" yg belum memiliki akses untuk dilewati oleh kendaraan beroda 4. Biaya ojek motor per orang adalah Rp50,000, pulang-pergi, dan tukang ojeknya dengan setia menunggu (saya & teman2 berada di pantai itu sekitar 2 jam), dan medannya memang cukup berat dilalui motor (apalagi mobil), karena harus melalui padang rumput, jalan tanah yg naik-turun, menerobos air pasang (sampai ada motor yg mati mesin), dll. Dengan semua itu, PLUS pemandangan Pantai Cipanarikan yang luar biasa, harga Rp50,000 masih cukup pantas untuk dikeluarkan dari kocek.
TIPS ke Pantai Cipanarikan:
- Jangan lupa membawa pakaian cadangan/jaket. Karena kemungkinan besar pengunjung akan sangat tergoda untuk menceburkan diri ke pantai tersebut, bermain pasir, dll. Bagi para pria, bisa langsung berganti pakaian ketika selesai bermain di pantai. Bagi para wanita, karena di pantai tersebut tidak tersedia tempat berganti pakaian, gunakan jaket atau gunakan pakaian cadangan di luar pakaian yg basah, agar tidak masuk angin ketika perjalanan pulang.
- Letakkan barang2 berharga (kaca mata, dompet, topi, HP, dll) di dalam tas, dan pastikan tas Anda tetap berada dalam jangkauan pengawasan. Jangan terlalu jauh dari pantai, namun juga jangan terlalu dekat karena bisa terseret ombak.
- Terutama bagi Anda yg tidak bisa berenang, jangan bermain terlalu ke tengah laut. Karena pantai ini bukan pantai umum, maka tidak ada satupun lifeguard (penjaga pantai) yang berjaga. Tetap waspada terhadap sapuan ombak & arus yg kuat.
Setelah itu kami kembali ke Cottage untuk berbilas & makan malam yang juga sudah disediakan oleh manajemen Pondok Adi. Kami juga memesan makanan tambahan berupa Barbeque, yang sebelumnya (sejak dari Jakarta) sudah kami pesan ke pengelola Pondok Adi. Sebetulnya untuk bahan Barbeque kita juga bisa berbelanja sendiri ke pasar ikan, dan meminta pengelola Cottage untuk memasaknya. Untuk pemesanan Barbeque, kami mengeluarkan Rp200,000 untuk makanan tambahan berupa udang & ikan (ketersediaan bahan lain seperti cumi-cumi dan sebagainya tergantung pada musim & ketersediaan stok di pasar).
Selain itu, kita juga dapat memesan Lobster ke pengelola Pondok Adi. Untuk 1 kg Lobster dihargai Rp150,000, yang rata2 terdiri dari 5 ekor lobster. Lobster khas ujung genteng ini amat direkomendasikan bagi penyuka Seafood BBQ.
Setelah makan malam, kami berangkat ke Penangkaran Penyu di Pantai Pangumbahan sekitar pukul 20.30 WIB. Sekali lagi, untuk menuju ke penangkaran penyu tersebut kami harus menyewa ojek dengan harga Rp40,000 per orang. Kendaraan roda 4 tidak diperkenankan mendekati pantai Pangumbahan karena dapat mengganggu penyu2 liar yg bertelur.
Setibanya di sana, untuk melihat penyu liar kami membayar retribusi hanya sebesar Rp5,000/orang. Dengan diantar oleh guide (note: guide tersebut menolak dikasih tip, lho...), kami menyusuri pantai untuk mencari penyu liar yang sudah selesai bertelur. Sangat disayangkan, pengunjung dilarang menyaksikan secara langsung proses ketika penyu tersebut sedang bertelur, namun itu memang karena dikuatirkan pengunjung akan mengganggu & mengakibatkan penyu2 tersebut menjadi gagal bertelur. Namun semua itu tergantikan dengan menyaksikan penyu liar... Betul2 penyu liar... secara langsung di pantai sesaat setelah dia berhasil bertelur, yg mungkin mencapai lebih dari 100 butir. Pengalaman yg luar biasa.
Selain itu, kita juga dapat memesan Lobster ke pengelola Pondok Adi. Untuk 1 kg Lobster dihargai Rp150,000, yang rata2 terdiri dari 5 ekor lobster. Lobster khas ujung genteng ini amat direkomendasikan bagi penyuka Seafood BBQ.
Setelah makan malam, kami berangkat ke Penangkaran Penyu di Pantai Pangumbahan sekitar pukul 20.30 WIB. Sekali lagi, untuk menuju ke penangkaran penyu tersebut kami harus menyewa ojek dengan harga Rp40,000 per orang. Kendaraan roda 4 tidak diperkenankan mendekati pantai Pangumbahan karena dapat mengganggu penyu2 liar yg bertelur.
Setibanya di sana, untuk melihat penyu liar kami membayar retribusi hanya sebesar Rp5,000/orang. Dengan diantar oleh guide (note: guide tersebut menolak dikasih tip, lho...), kami menyusuri pantai untuk mencari penyu liar yang sudah selesai bertelur. Sangat disayangkan, pengunjung dilarang menyaksikan secara langsung proses ketika penyu tersebut sedang bertelur, namun itu memang karena dikuatirkan pengunjung akan mengganggu & mengakibatkan penyu2 tersebut menjadi gagal bertelur. Namun semua itu tergantikan dengan menyaksikan penyu liar... Betul2 penyu liar... secara langsung di pantai sesaat setelah dia berhasil bertelur, yg mungkin mencapai lebih dari 100 butir. Pengalaman yg luar biasa.
TIPS melihat Penyu di Pantai Pangumbahan:
- Jangan lupa membawa senter. Di pantai tersebut tidak terdapat sistem penerangan apapun untuk menjaga agar penyu tidak terganggu
- Turuti instruksi dari pemandu. Ada kalanya kita dapat menyalakan senter untuk menerangi jalan, namun di saat2 tertentu kita harus mematikan senter agar tidak mengganggu penyu yg sedang bertelur.
Sekembalinya dari melihat penyu di Pantai Pangumbahan, sekitar pukul 22.30 WIB pengelola sudah siap menyediakan snack malam yg terdiri dari: Wedang Jahe, pisang goreng, bakwan, beserta Lobster yg kami pesan sebelumnya, nyam... nyam... Setelah itu, kami pergi beristirahat di Cottage.
-- to be continued: Easy Trip to Ujung Genteng - Day 2 --
-- to be continued: Easy Trip to Ujung Genteng - Day 2 --
Waaaah bikin penasaran pengin ke sana neh.....
ReplyDeletebtw reviewnya asyiiik mbak...
OMG, buwel yang pertama toh......asyiiiikkkkk
ReplyDeleteweks... asyik juga, jadi pengenk kesana nih
ReplyDeletewah informasinya full sis.thanks ya.Perasaan sejak ada kejadian stunami, hati tidak begitu tenang kalau mau liburan ke pantai hehe.
ReplyDeletemenarik! awesome! beautiful!
ReplyDeletethis is an awesome information.
pengen ke pantai, tapi anak krakatau lagi aktip :(
ReplyDeletewah asik juga nih,baru denger,awalnya kirain wisata manjat manjat gitu xixixi
ReplyDelete@Buwel: Iya, tempatnya asik lho!
ReplyDelete@JengSri: Emang Jengsri udah kemana aja?Jangan2 tempatnya lebih asik?
@Ario: Iya, dijamin gak nyesel deh. Thank you dah mampir yaa :)
@Aisha: Aku juga tadinya gitu, tapi godaan pantai tak tertahankan, itung2 nambah adrenalin :P
@Ferdi: Makasiy ya Ferdi
@Quinie: Kan baru anaknya Quin, emaknya belum, xixixixi
@MrP: Karena namanya genteng yah mister? Xixixxi
Pernah tuh ke sanah...asik emang.Tapi lebih asik lagi kalo ke pantai RancaBuaya...belum terjamah orang banyak...ada di garut selatan...Mantabs banget...Jalan kesananya...kanan-kirinya kalo gak jurang ya tebing...Mantabs deh pokonya...kali-kali coba deh
ReplyDeletenih linksnya :
http://www.indobackpacker.com/2008/05/pesona-ranca-buaya/
Ihh.. seru banget mbak..
ReplyDeleteJadi ngiri..
@kaka: Waks, kayaknya seru tuw, liat link nya ah.. Thanks infonya yah :)
ReplyDelete@Melyn: iya, kapan2 coba liburan ke sana ya melyn :)
mbaaa.. aku mupeng mau kesana. huhuhu..
ReplyDeletegood info!
sore...
ReplyDeletega bisa komen panjang neh
net di warnet sehhhh
Banyaknya uang yang dikeluarkan sebanding dengan hasil yang setimpal!! bagus banget pemandanganya serta fasilitas yang siip
ReplyDeletehuehehehe...postingan vintage ini akhirnya ada disini juga :P
ReplyDelete@Wulan: Thanks Wulan, ayo kesana, gak bakalan nyesel deh :)
ReplyDelete@Hamster: iya siy, lumayan setelah mumet kerja, bikin fresh! :)
@Nod: Iya, lupa posting di fesbuk tapi gak posting di sini :P
@Attayaya: Gapapa, yg penting dah mampir, makasiy yaaa :)
ReplyDeleteWah, bagus banget pantainya, pasti seru banget tuh.
ReplyDeletemampir, blogwalking.