Foto diunduh dari sini. |
Minggu sore, 29 Januari 2012 saya sedang asyik blogwalking. Di belakang saya, suami juga sedang asyik main game Football Manager di lappy-nya. Televisi menyala menayangkan acara Kick Andy. Sayup-sayup saya dengar Bung Andy F. Noya mewawancara seorang perempuan yang berprofesi sebagai supir angkot. What? Supir angkot? Perhatian saya segera beralih ke acara tersebut.
Ternyata acara Kick Andy kali ini mengangkat tema tentang para perempuan yang terpaksa menjadi kepala keluarga. Kebanyakan dari perempuan tersebut memang single parent, ada yang ditinggal secara tidak bertanggung-jawab oleh suaminya, ada juga karena suaminya telah berpulang ke Yang Maha Kuasa.
Satu-persatu nara sumber diwawancarai oleh Bung Andy. Selain ada yang berprofesi menjadi supir angkot, ada juga yang menjadi tukang becak, tukang ojek, supir taksi premium, hingga supir truk! Sumpah, tidak pernah terbayangkan oleh saya, seorang perempuan, seorang ibu, berprofesi menjadi supir truk pengangkut pasir...
Perjuangan mereka sungguh membuat kagum. Ada yang pernah mengalami pelecehan seksual oleh penumpangnya, diancam dengan pisau oleh penumpang yang tidak mau membayar, belajar menyetir angkot dan truk secara otodidak, hingga ada harus mencari bidan terdekat saat sedang mengangkut penumpang karena ia harus melahirkan bayi yang sedang dikandungnya! *shoot!
Hebatnya, selain menjalankan tugasnya sebagai kepala rumah tangga, mereka tetap melakukan multitasking dengan tetap memerankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga bagi anak-anaknya. Mereka tidak pernah lupa membereskan rumah, membuatkan sarapan, membantu anak-anak mengerjakan pekerjaan sekolah. Banyak dari perempuan-perempuan perkasa tersebut yang hampir putus asa menjalankan peran ganda, namun mereka tetap berjuang bagi anak-anak.
Padahal kalau ditelaah, pekerjaan di sektor informal seperti yang mayoritas dijalankan oleh para ibu tersebut masih belum memiliki peraturan dan kebijakan yang cukup memihak kaum perempuan. Risiko pelanggaran hak-hak asasi, terutama hak reproduksi, kemungkinan besar masih tidak terpenuhi. Apalagi di Indonesia, umumnya masih terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan, terutama dalam hal pemberian tunjangan. Padahal, seharusnya perbedaan tunjangan bukan hanya dilihat dari perbedaan gender, namun juga harus dilihat dari fungsi, apakah perempuan tersebut di keluarganya hanya berperan sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga, atau berfungsi sebagai kepala rumah tangga, yang kebutuhannya ekonominya sama seperti laki-laki.
Meskipun begitu, para ibu tersebut pantang menyerah. Harapan mereka semua sama, sebagai seorang ibu, mereka berharap anak-anaknya bisa memiliki nasib yang lebih baik, tidak ingin anak-anaknya mengalami apa yang dialami dan dirasakan oleh para ibu tersebut.
Sungguh besar pengorbanan yang bisa dilakukan seorang ibu, seorang perempuan, bagi keluarga yang dicintainya.
"Ribuan kilo jalan yang kau tempuh.
Lewati rintangan untuk aku anakmu.
Ibuku sayang masih terus berjalan.
Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah..."
(Ibu - Iwan Fals)
No comments:
Post a Comment
Thank you for sharing your thoughts and opinions :)